Sunday 10 February 2008

“Menyambut Muktamar Pemikiran Islam di Unmuh Malang”


“Menyambut Muktamar Pemikiran Islam di Unmuh Malang

Catatan Kebencian Akhir Pekan Adian Husaini

Satu lagi ayat-ayat kebencian, bukan cinta, tertuliskan di situs http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6323&Itemid=1

Banyak cendekiawan tak tahu diri. Maqam nya masih muqallid tapi memaksakan diri menjadi mujtahid. Bahkan tiap akhir pekan menuliskan Catatan Kebencian Akhir Pekan [CKAP] yang sudah mencapai ke-224.

Subhanallah, bayangkan berapa banyak ayat kebencian yang sudah diforward ke berbagia milis, dicopy & paste diberbagai blog dan forum?

Jika setiap ilmu yang bermanfaat akan menjadi amal jariyah, bagiamana dengan tulisan kebencian? Akankah menjadi amal jariyah negatif?

Kali ini Adian Husaini menuliskan kebencianna terhadap akan-anak muda Muhammadiyah yang akan menyelenggarakan Muktamar Pemikiran Islam di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) 11-13 Februari 2008.

Tanpa adab, berbagai kalimat kebencian dituliskan untuk penyelenggaram Pusat Studi Islam dan Filsafat UMM dan Al-Maun Institute Jakarta, yang dipimpin oleh Dr. Moeslim Abdurrahman. Moeslim Abdurrahman adalah seorang mantan peneliti di Departemen Agama, ahli antropologi agama. Kebencian Adian terhadap Departemen Agama, keluaran IAIN/UIN agaknya sudah tersebar luas.

Ana ingin mengutip ucapan Dr Jalaluddin Rahmat yang dimuat di http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1061

Bagi pengasuh pesantren Muthahhari ini pembicara di depan menampilkan dua model yang berbeda. ”Jika yang pertama (Abdul Moqsith, JIL) berbicara secara akademis, cool, disertai dengan data-data referensial, maka pembicara kedua (Mohammad al-Khaththath dari Hizbut Tahrir Indonesia) hadir dengan model provokatif, agitatif dan lebih mirip sebuah kampanye daripada sebuah perbincangan akademis”.

Kita bisa baca bahwa corak tulisan akhi Adian adalah model kedua: provokatif, agitatif dan lebih mirip sebuah kampanye mengganyang sesuaut. Majalah Sabili adalah contoh lain dari saudara kembar corak penulisan akhi Adian. Mereka menyebutnya sebagai jurnalisme advokasi. Ana ingin bertanya, bukannya lebih mirip jurnalisme hasut? Menghasut kalangan umat Islam dengan menjelek-jelekkan suatu ide atua kelompok.

Ana berpendapat bahwa lawanlah suatu pemikiran secara cerdas dengan pemikiran lain. Jangan hasut masyarakat dengan bersembunyi dibalik kata Ghazwul Fikr, itu hanya bentuk pembodohan karena pengikutnya hanya bisa taqlid.

Manusia diciptakan untuk berpikir. Apa gunanya kalau ada pemikiran dilawan dengan penghasutan?

Akhi Adian, kreatif dan berani memang penting. Tetapi, setiap ilmuwan dan cendekiawan perlu juga menjaga adab, agar menjadi ilmuwan yang beradab.

No comments: